-->

Tetap Waspada, Diare, Nyeri Otot dan Mata Merah Juga Masuk Gejala Corona

Publish: Redaksi ----

INDRAGIRIPOS.COM - Umumnya, infeksi virus corona COVID-19 selama ini banyak dikaitkan dengan gejala khas, seperti demam, batuk, hingga sesak napas. Gejala itu yang selama ini menjadi tanda saat seseorang kemungkinan terinfeksi virus tersebut.

Namun, seiring berjalan waktu banyak penelitian yang menjelaskan adanya gejala-gejala virus corona yang tidak biasa. Berikut gejala-gejala COVID-19 yang tidak biasa yang dirangkum detikcom.


Nyeri otot

Para ahli mengungkapkan bahwa nyeri otot bisa menjadi tanda dari virus corona COVID-19 yang serius. Ahli penyakit menular, Megan Coffee, mengatakan nyeri otot dalam yang dikenal sebagai mialgia sering terlihat pada pasien COVID-19.

Berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gejala nyeri otot tersebut terjadi pada 15 persen pasien virus corona. Dikutip dari The Sun, nyeri ini disebabkan oleh bahan kimia yang disebut sitokin yang dilepaskan ke dalam tubuh sebagai respon terhadap infeksi.


Diare

Sebuah penelitian mengungkapkan ternyata diare juga banyak dikeluhkan oleh pasien corona. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan terhadap 204 pasien di Wuhan.

99 pasien atau 48,5 persen yang masuk ke rumah sakit mengeluh dengan masalah pencernaan. Padahal mereka sebelumnya tidak memiliki riwayat sakit perut apapun.

Riset ini mengungkap, pasien COVID-19 dengan masalah pencernaan cenderung lebih lama mencari pertolongan ke rumah sakit. Mengutip CBSnews, rata-rata butuh waktu 9 hari untuk datang ke rumah sakit.


Kehilangan kemampuan penciuman dan perasa

Para ilmuwan di King's College London mengatakan gejala yang paling akurat untuk mengidentifikasi pasien COVID-19, yaitu kehilangan indra penciuman dan perasa. Sekitar 59 persen pasien yang dinyatakan positif COVID-19 mengalami itu.

Gejala ini disebut lebih akurat untuk mendiagnosis COVID-19 dibandingkan dengan gejala demam seperti yang selama ini dilaporkan. Biasanya ini terjadi di saat tahap awal penyakit.

"Orang-orang dengan gejala kehilangan fungsi indra penciuman dan perasa ini tiga kali lebih mungkin membuktikan bahwa ia terinfeksi COVID-19. Jika itu terjadi, kami menyarankan mereka untuk mengisolasi diri guna mengurangi penyebaran penyakit," kata peneliti utama Profesor Tim Spector dari King's College.


Saraf

Ternyata penyakit saraf juga bisa menjadi satu gejala COVID-19. Ahli menyebut ada kemungkinan virus corona tersebut bisa menyerang otak. Hal ini dialami pasien berusia 74 tahun dari Amerika Serikat yang kehilangan kemampuan bicaranya setelah mengeluh demam dan batuk.

Gejala penyakit saraf yang pernah dilaporkan pasien, di antaranya kejang, kebingungan, pusing, sakit kepala, mengigau, kebas, hingga stroke. Studi yang dipublikasi dalam British Medical Journal (BMJ) pada 26 Maret 2020 menyebut sekitar 22 persen dari 113 pasien positif corona yang meninggal di Wuhan mengalami gejala gangguan saraf.

Ada teori lain yang menyebut bahwa kemungkinan gejala penyakit saraf muncul karena adanya penurunan fungsi paru-paru, dan berdampak pada kekurangan oksigen ke otak.


Mata merah

American Academy of Opthalmology memberikan peringatan pada semua petugas tenaga medis, bahwa virus corona dapat menyebabkan konjungtivitis. Ini menyebabkan mata dan sekitarnya menjadi merah.

Kondisi ini telah dialami oleh seorang perawat asal Amerika Serikat, Chesley Earnest saat menangani pasien virus corona. Ia mengatakan, hampir semua pasien yang bergejala berat itu matanya memerah.

Menurut jurnal dari JAMA Ophthalmology, sebanyak 12 dari 38 pasien memiliki gejala yang terkait dengan konjungtivitis, seperti hiperemia konjungtiva (peningkatan pembuluh darah pada mata), kemosis (kelopak mata membesar), epifora (mata berair), atau peningkatan sekresi.

Gejala ini lebih sering dialami oleh pasien COVID-19 yang lebih parah. Kemungkinan bisa ditularkan dari air mata.

sumber detikcom

Share:
Komentar

Berita Terkini