Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru Nampak setelah bayi berusia 2 (dua) tahun. Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan seharusnya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Intervensi anak kerdil (Stunting) memerlukan konvergensi program/intervensi dan upaya sinergis pemerintah serta dunia usaha/masyarakat.
Pada tahun 2022, Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir telah mengadakan Rembuk Stunting dengan menetapkan 40 lokus desa untuk intervensi spesifik dan sensitif pada lokus tersebut. Kecamatan Tembilahan sebagai salah satu kecamatan lokus Khusus nya desa bente memiliki tanggung jawab dalam pencegahan dan penurunan Stunting di tingkat desa atau kelurahan.
Grafik Penurunan Presentase Stunting Kecamatan Tembilahan Tahun 2020, 2021 dan 2022
Dari grafik dan peta di atas menunjukkan bahwa terjadi Kenaikan persentase balita Stunting di Kecamatan Tembilahan di tahun 2020 (1,14%) dan 2021(2,01% ) dan terjadi penurunan di tahun 2022 (1,92%) sampai tanggal 31 Agustus 2022. Hal ini menunjukkan adanya konvergensi program/intervensi upaya percepatan pencegahan stunting telah mampu menurunkan presentase balita stunting di kecamatan Tembilahan.
Namun perlu adanya peningkatan kerjasama lintas program dan lintas sector serta komitmen dari semua pemangku kebijakan dan pelaksana program agar dapat lebih kompak lagi dalam menangani stunting di Desa atau kelurahan.
A. Faktor Determinan yang Memerlukan Perhatian
Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi (stunting) balita khususnya baduta, adalah faktor lingkungan, pola asuh, kesehatan reproduksi dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Beberapa wilayah mengalami kesulitan dalam akses air bersih dan jamban yang mana hal tersebut selain dari segi ketersediaan jamban ataupun air bersih ada beberapa daerah yang mana hal tersebut merupakan perilaku yang sulit untuk diubah.
Beberapa Persen balita yang mengalami masalah gizi berhubungan dengan tingkat kemampuan ekonomi atau keluarga miskin disamping itu factor pengetahuan yang masih minim dimana banyak dari keluarga dan anggota keluarga dengan gangguan atau mengalami maslah gizi sangat berkaitan dengan tingkat pengetahuan tentang penting hubungan kasus gizi dengan konsumsi dan jenis makanan bergizi yang harusnya dikonsumsi oleh bayi dan balita.
B. Perilaku Kunci Rumah Tangga 1.000 HPK yang Masih Bermasalah
Tim pencegahan dan penangulangan stunting terintegrasi kabupaten Indargri Hilir bersama dengan Puskesmas juga telah melakukan monitoring sekaligus analisa masalah yang terjadi di desa menunjukkan pola asuh balita, pelayanan ibu hamil dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masih membutuhkan Intervensi dan pembinaan.
C. Kelompok Sasaran Beresiko
Kelompok beresiko yang perlu mendapatkan perhatian antara lain Remaja putri, Calon Pengantin Ibu Hamil, Bayi, dan Usia Bawah dua tahun (Baduta). Remaja putri perlu disiapkan untuk menjadi calon pengantin pada usia idealnya, sehingga saat hamil dapat menjadi ibu hamil yang sehat dan berperilaku sehat, sehingga bayi yang dikandungpun dapat lahir dengan selamat, sehat dan cerdas.
Bayi yang telah dilahirkan tersebut berhak untuk mendapatkan ASI ekslusif dan Pemberian Makan Bayi dan Anak yang sesuai sehingga pertumbuhan otaknya dapat optimal dan meningkatkan IPM Desa/Kelurahan dimasa depan.
2. UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN
Berbagai upaya yang telah dilakukan di Desa/Kelurahan Bersama Puskesmas dan lintas sector terkait seperti PKK, Desa, Kecamatan, serta Kecamatan guna menurunkan angka stunting melalui perbaikan gizi di masa 1.000 Hari pertama Kehidupan (HPK), antara lain;
1. Puskesmas melalui program gizi dengan Kegiatan antara lain :
• Pengukuran bayi Balita
• Validasi dan verifikasi data stuting
• Edukasi
• Pemberian PMT Pemulihan
• Gerakan Satu Hati
2. Kegiatan Penyuluhan pada remaja putri dan ibu hamil pentingnya mengkonsumsi tablet tambah darah,
3. Pemberian Vitamin A pada bayi dan balita,pemberian Obat cacing pada balita, Penyuluhan Asi ekslusif.
4. Terkait kesehatan reproduksi masih ditemukan adanya pernikahan dini, sudah dilakukan dengan memberi penyuluhan, melakukan bimbingan kepada calon pengantin Remaja Putri telah mendapatkan intervensi berupa pemberian Tablet Tambah Darah, namun ada sebagian remaja putri yang masih belum mau mengkonsumsi TTD secara teratur meskipun telah mendapatkanya karena kurangnya motivasi diri ataupun minat remaja putri tersebut untuk mengkonsumsi TTD tersebut.
5. Bayi dan balita gizi buruk sudah dilakukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Ibu hamil Anemia dan Kurang Energi Kronis (KEK) telah mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Dengan adanya penanganan bayi balita gizi kurang dan gizi buruk, ibu hamil KEK tersebut menunjukkan pendampingan dapat menekan terjadinya stunting, gizi kurang, gizi buruk, dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dari ibu hamil Kurang Energi Kronis dan Anemia yang ada.
Pemerintah di Desa/Kelurahan sangat mengharapkan dukungan dari berbagai sector untuk menangani dan mencegah bertambahnya balita stunting di kecamatan Tembilahan melalui konvergensi Pencegahan Stunting yang akan dilaksanakan sebelum musrenbangdes. Pemerintah desa diharap dapat meningkatkan kerjasama dan partisipasi aktif dalam hal ini.
