-->

K3PP Tuliskan Gaya Kepemimpinan Mantan Bupati Tubaba

Publish: Indragiri pos ----
Tulangbawang Barat Lampung,-Ketua kajian kritis kebijakan publik pembangunan (K3PP) kembali menulis gaya ke-pemimpinan Mantan Bupati kabupaten Tulang Bawang Barat.

Ahmad Basri mengatakan Umar Ahmad, memberikan tanggapan atas pembangunan, tugu patung wanita, berlokasi di kawasan Uluan Nughik, yang kini pelaksanaan pembangunannya, sedang berlangsung menuju proses akhir dan telah menelan biaya 1,2 milyar, dari alokasi dana APBD 2022.

"Menariknya konsep pembangunan itu dibuat di gagas direncanakan menjelang akhir masa jabatannya. Sedangkan Pelaksanaannya dimasa PJ Bupati saat ini Dzaidirina.tuturnya pada senin (19/12/2022).

Lanjutnya Tanggapan dari Umar Ahmad dalam polemik patung kebudayaan, sesuatu yang menarik, untuk kita pahami bersama. Setidaknya, secara moral politis kebijakan, beliau bertanggung jawab sepenuhnya, atas konsep gagasan patung wanita, penjaga alam kehidupan.

"Artinya inipun mempertegas bahwa, tidak ada hubungannya, konsep pembangunan patung tersebut, dengan kebijakan PJ Bupati saat ini. Ini yang harus di garis bawahi dengan tinta hitam tebal, agar publik mendapat pencerahan.cetusnya.

Ahmad basri mengutarakan Salah satu warga masyarakat Tubaba, yang ikut mengkritisi pembangunan patung tersebut, adalah penulis sendiri. Salah satu tulisan penulis, beberapa hari lalu setidaknya, dapat dibaca di media online metanews.co.id dengan judul " Mereduksi Kewibawaan PJ Bupati ". Ada lima point mengapa penulis menolak keberadaan patung tersebut. 

"Salah satu point adalah bahwa, patung tersebut tidak berbasis pada unsur nilai - nilai kebudayaaan lokal - kearipan lokal. Padahal pembangunan kebudayaan, dimana - mana tidak boleh melepaskan diri dari nilai - nilai kearipan lokal. Akan tetapi sampai detik ini, pelaksaan patung tersebut, tetap berjalan seperti biasa. Dengan pemahaman yang dimiliki sendiri, dan di nikmati sendiri, oleh yang memiliki konsep gagasan, atas patung tersebut.
cetusnya.

Menurutnya Jika sedikit ditelisik kebelakang, konsep pembangunan masa kepemimpinan Bupati Umar Ahmad, yang selama hampir dua periode jabatan sebagai Bupati, sebelum diganti oleh PJ Bupati. Hemat penulis selalu menimbulkan pro - kontra di tengah masyarakat.

"Dalam batas tertentu pro - kontra itu biasa, memang dibutuhkan dan harus ada, sebagai asupan vitamin akal sehat. Setidaknya didalam masyarakat menandakan, ada tanda - tanda kehidupan berpikir, bukan masyarakat benda mati.
ketusnya.

Ahmad basri juga menilai konsep perencanaan pembangunan, yang digagas oleh Umar Ahmad sebagai Bupati saat itu, cenderung mengabaikan peran masyarakat. Padahal peran masyarakat itu penting, dialam kehidupan demokrasi seperti saat ini. Dalam proses perencanaan gagasan pembangunan, minimal suara aspirasi publik masyarakat, itu di dengar sebagai masukan. Niai - nilai itulah yang selama ini diabaikan, kurang mendapatkan perhatian.

"Masyarakat publik di paksa untuk menerima apa yang diputuskan. Tidak pernah ada terdengar misalkan, adanya publik hearing kebudayaan, dengan masyarakat untuk  membangun visi misi kebudayaan bersama tentang Tubaba. Malah cenderung mengkondisikan peran media massa - awak media, menjadi bagian dari sistem kebijakan. Peran awak media cenderung mengikuti alur konsep kebijakan yang telah digariskan. Sehingga peran media cenderung terkooptasi, kurang memiliki ruang kebebasan. Seharusnya ini tidak boleh terjadi.kata dia.

Dia menilai Pola kepemimpinan gaya " ONE MAN  SHOW " ini setidak melekat dalam diri seorang Umar Ahmad ketika menjadi Bupati. Model gaya kepemimpinan ini, sifatnya monolitik personality, dimana semua perencanaan gagasan, dari awal hingga akhir dalam konsep pembangunan, ada di dalam alam pikirannya. 

"Unsur luar cenderung di abaikan, tidak menjadi unsur penting dalam proses kebijakan pembangunan. Dalam batas tertentu, konsep model kepemimpinan " ONE MAN SHOW ", memang efektif. Mampu mengeksekusi sebuah kebijakan, untuk dapat dilaksanakan secepat mungkin. Namun jika menimbulkan permasalahan di kemudian hari, cenderung mencari apologi pembelean personality,atas kegagalan yang terjadi.cetusnya.

Ahmad basri juga menelaah Model kepemimpinan " ONE MAN SHOW ", mudah terlihat sukses dipermukaan dalam setiap kebijakan yang diputuskan. Mampu menghipnotis yang melihatnya. Namun sesunggunya kropos didalamnya. Sebenarnya model gaya kepemimpinan " ONE MAN SHOW " lebih efektif diterapkan  di perusahaan ala keluarga, yang dikelolah secara tradisional. 

"Tidak cocok diterapkan pada 
gaya kepemimpinan birokrasi pemerintahan. Karna konsep kebijakan pembangunan, dalam roda birokrasi pemeritahan, adalah  berbasis pada keuangan negara APBD. Dimana peran publik opini sangat dibutuhkan dalam mengambil kebijakan.ulasnya.

Ahmad basri menerangkan dimana arah kebijakan pembangunan harus bersandar pada azas manfaat, kesejahteraan bagi masyarakat luas. Kebijakan Pembangunan apapun bentuknya, pada hakekatnya bukanlah sebatas untuk mengejar "hobby " kebudayaan. 

"Dimana orang lain tidak mampu memahaminya. Karna adanya keterbatasan pola pikir dalam struktur sosial ekonomi masyarakat. Serta sesungguhnya kebudayaan yang mengikat pada nilai - nilai simbolik, akan selalu menghasilkan pemaknaan persepsi yang berbeda,"pungkasnya.(Mat)
Share:
Komentar

Berita Terkini